BIOGRAFI PAHLAWAN NYI AGENG SERANG
Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi atau dikenal sebagai NYI Ageng Serang adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 1762 di Serang Purwodadi,Jawa Tengah. Beliau adalah salah satu panglima dalam perang melawan kolonial Belanda pada perang Diponegoro.Meskipun putri bangsawan,ia turut bergabung dalam pelatihan kemiliteran dan siasat perang dengan para prajurit pria.
Peperangan
pertama yang ia ikuti adalah bersama ayahnya pangeran Natapraja. Semenjak
itulah ia maju berperang dengan gagah dan berani. Nyi Ageng Serang wafat pada
usia 76 tahun. Pada tahun 1838 dan di makamkan di Kulon Progo, Yogyakarta. Nyi
Ageng Serang, ditetapkan menjadi pahlawan nasional sejak tanggal 13 Desember
1974 melalui SK no.084/TK/1974.
Menurut keyakinannya, selama ada penjajahan di bumi pertiwi, maka ia harus siap tempur untuk melawan para penjajah. Ternyata NYI Ageng Serang juga merupakan salah satu keturunan dari salah satu sunan yaitu Sunan Kalijaga. Dan tidak hanya itu ia juga mempunyai cucu yang kelak akan mengikuti jejaknya menjadi pahlawan yang tangguh dan juga tidak kenal lelah,yakni ialah R.M.Soewardi Surjaningrat atau KI Hajar Dewantara.
Setelah
ayahnya meninggal NYI Ageng Serang menggantikan kedudukan ayahnya diangkat menjadi
pendusa di Serang lalu diberi gelar "NYI Ageng Serang". Pada masa
kepemimpinannya begitu banyak rakyat yang kelaparan dan juga mengalami kesengsaraan
yang akibat dari ulah penjajahan Belanda. Namun ia selalu berusaha membantu
kesengsaraan yang dialami oleh rakyat nya dengan cara berbagi makanan pangan,tak
hanya itu ia juga membantu perlawanan fisik untuk mengusir para penjajahan.
Masa
perang NYI Ageng Serang Diponegoro
Pada
awal perang Diponegoro,1825, NYI Ageng Serang yang berusia 73 tahun memimpin
pasukan dengan tandu untuk membantu pangeran Diponegoro Melawan Belanda. Tidak
hanya turut berperang, beliau menjadi penasehat perang. NYI Ageng Serang berjuang
dibeberapa daerah, seperti Purwodadi, Demak, Semarang, Juwana, Kudus, Rembang.
Salah satu strategi perang paling terkenal darinya adalah penggunaan lumbu
(daun talas hijau) untuk penyamaran.
Sejarawan
pun ikut berpendapat tentang NYI Ageng Serang
Sejarawan
Universitas Oxford dalam buku perempuan-perempuan perkasa di Jawa Abad XVIII -
XIX ( Abad 18-19). NYI Ageng Serang memberikan pengaruh penting pada penduduk
daerah asalnya, Serang-Demak. Bahkan lama setelah perang Jawa resmi berakhir 8
Maret 1830, pengaruh NYI Ageng Serang ini bahkan sampai ke wilayah Magelang,
Purworejo dan sekitarnya.
Komentar
Posting Komentar